Language translate

Indonesian English German Dutch Portuguese Russian Greek Brazilian French Spanish Arabic Korean

Popular posts

Diberdayakan oleh Blogger.
Unknown On Selasa, 11 Maret 2014


Kado Terakhir dari Alawy

Alawy Yusianto Putra (16) adalah siswa kelas X-8 SMA Negeri 6 Jakarta. Di sekolah, ia dikenal sebagai anak yang ceria, humoris, jahil dan aktif dalam ekstrakurikuler seni. Tidak pernah sehari pun dilewatinya tanpa usil kepada teman satu sekolahnya. “Ia suka menempel tulisan di punggung temannya terus kabur,” ujar Adam, teman sebangku Alawy mengenang. Senin terakhir di bulan September lalu, adalah hari pertama Alawy mengikuti pekan ujian awal semester gasal. Tidak ada yang menyangka kalau hari itu juga menjadi hari terakhirnya di sekolah sekaligus hari terakhir hidupnya
. Pagi itu, Adam menangkap ada sesuatu yang tidak biasa. Cara Alawy bicara tidak seceria biasanya. “Alawy itu kalau bicara biasanya selalu melihat ke atas, tapi hari itu tumben sekali ia bicara dengan melihat ke arah bawah. Selain itu, tidak tahu maksudnya apa, Alawy sempat mengatakan bahwa ia bosan dan ingin segera pulang,” kata Adam.

Hari itu seperti biasanya, setelah makan siang di daerah bunderan mahakam sepulang sekolah, Alawy bergegas mengambil motor yang diparkirnya di depan minimarket terdekat untuk menuju tempat latihan futsal di daerah Permata hijau. Tanpa diduga, tiba-tiba dari arah utara bunderan mahakam, puluhan pelajar datang membawa berbagai benda tajam seperti bambu, pedang, dan celurit. Mereka menyerang tanpa sebab yang pasti. Bunyi deru lalu lalang kendaraan dengan sekejap berganti teriakan dan derap kaki berlarian mendekat. Spontan Alawy meninggalkan sepeda motornya dan berlari menyelamatkan diri. Namun malang, tanpa diduga sebuah benda tajam menusuk tubuhnya dari belakang. Seketika seragam putihnya memerah. Dengan menahan sakit,, ia memegang dadanya yang bersimbah darah sembari tetap berupaya lari menyelamatkan diri. Wajahnya pucat. Langkah kakinya pun melambat. Tubuhnya lalu sempoyongan. Dalam usaha pelariannya, Alawy pun jatuh di ujung trotoar yang membelah jalan Mahakam.

”Alawy jatuh. Alawy jatuh!” teriakan itu menggema di tengah kisruhnya suasana tawuran. Menurut Adam, konsentrasi kedua belah pihak sempat terpecah mendengar teriakan itu. Para siswa SMA Negeri 6 lainnya juga berlarian dari arah sekolahnya menuju tempat kejadian. Bentrokan semakin memanas. Namun dengan sigap dua orang teman Alawy segera membawa Alawy ke Rumah Sakit Muhammadiyah, Taman Puring, Kebayoran Baru. Sayangnya, sesampainya di rumah sakit, nyawa Alawy tidak bisa terselamatkan.
#renungan