Unknown
On Jumat, 21 Maret 2014
kali ini q mau bagikan cerpen cerpen terbaik karya ku sendiri moga sobat bisa menerima dengan baik,KUMPULAN CERPEN TERBAIK ,carpen tentang perjuangan guru di pedalaman papua
minggu pagi, di dusun Maureme pedalaman Papua selatan. Banyak sekali anak-anak bermain dengan semangat di hutan Papua untuk menangkap ikan, dan memanah burung. Mereka lakukan dengan antusias. Itulah kehidupan anak-anak suku pedalaman papua yang belum mengenal baju, celana, apalagi mesin-mesin canggih seperti sekarang ini.Suatu ketika, di dusun Maureme kedatangan orang asing. Seorang perempuan berkulit putih, berbusana rapi dan membawa sebuah tas ransel dipunggungnya. Ia menghampiri kami saat kami sedang asyik berenang di suatu rawa yang ada di dusun kami, perempuan itu memanggil kami, dan kamipun datang menghampirinya, ia berkata “ Selamat pagi anak-anak perkenalkan nama saya Aisah Astuti panggil saja ibu Aisah, saya datang disini untuk mengabdi buat kalian agar kalian dapat membaca, menulis dan menjadi orang yang sukses di kemudian hari nanti.Awalnya kami masih bingung dengan Ibu Aisah, tapi lama-kelamaan Ibu Aisah asyik dan akrab dengan kami semua.“Ibu Aisah…? Saya mau Tanya, Ibu darimana? kok mau datang ke dusun kayak gini..?“Ibu dari Aceh datang kesini untuk mencerdaskan kalian...”“Memang untuk apa bu? cerdas itu…?“Kalau kalian jadi anak cerdas, kalian bisa punya banyak uang, keliling dunia dan..?Saat Ibu Aisah mau melanjutkan bicaranya tiba-tiba pesawat melintas di langit.“Kalian tau apa yang terbang tadi?Teman saya yang bernama Johanes dengan semangat menjawab“Itu BURUNG BESI…”“Ha..ha..ha…itu namakan burung besi, tapi pesawat namanya.”Kami semua bersemangat saat diajari sama Ibu Aisah, keesokan harinya kami 15 anak bersama pergi mencari rotan, bamboo dandaun-daunan. Kami semua membuat sebuah sekolah sederhana pertama di dusun Kami.Pelajaran pertama yang Ibu guru ajarkan memakai baju dan celana. Kami semua kebingunan bagaimana cara memakainya baju dan celana tapi lama-lama kami juga bisa juga. Ibu Aisah begitu sabar dan tekun mengajari kami tak ada keluh kesah ia mengajarkan huruf, angka, membaca, menulis dan apa saja yang ada di luar sana. Saya baru pertama kali tau tentang semuanya.Sepulang sekolah sya dan kawan-kawan dan Ibu guru berjalan bersama-sama. Ibu guru bercerita kalau ia akan mengabdikan dirinya sampai mati di tanah Papua ini. Orang tuanya seorang dosen di Uneversitas ternama di Aceh. Namun ia hidup seorang diri dan tak punya siapa-siapa lagi makanya ia ingin hidupnya bermanfaat buat orang lain.“Eh…anak-anak besok pagi jangan lupa datang ke Sekolah.”“Siiaap..Ibu Guru…?Dengan semangat kami menjawabKeesokan harinya kami datang ke Sekolah dan berkumpul lagi seperti biasa. Kami belajar dan antusias bersama Ibu Guru aisah Ibu guru mengajarkan hari ini tentang menghargai sesame umat beragama.“Jadi anak-anak di dunia ini banyak agama yang dimiliki seseorang di dunia, pasti kalian punya agama juga.?“Kami tidak punya agama ibu…kami ikut tradisi nenek oyang kami.”“Eh mm..terus agama Ibu sendiri apa..?Saya balik Tanya kepada ibu guru.”“Agama Ibu Islam, Tuhan Ibu adalah Allah SWT.”“Tuhan..?? siapa itu Tuhan..?“Tuhan itu adalah ROBB yang menciptakan kami mererapkan hutan yang kalian tempati dan semua yang ada di alam semesta ini.Mengerti anak-anak…??“iya Ibu Guru” sekarang kami sudah mengerti apa namanya agama dan Tuhan.Saat kami sedang asyik belajar di sekolah tiba-tiba segerombolan warga dusun datang ke sekolah kami beserta kepala suku kami.mereka datang marah-marah dan membawa tombak dan panah.“Wee…siapa yang suruh kkau datang kesini kau sudah membawa ajaran buruk bagi anak-anak kami, lebih baik kau pergi dari sini sebelum kami semua membunuh kau.”“Bapa-bapak tolong jangan halangi saya untuk mencerdaskan anak-anak kaian, kalau saja anak-anak yang lugu ini bisa jadi anak yang cerdas hidup kalian di dusun ini akan makmur parcaya pada saya, saya akan bantu untuk mengembangkan dusun ini agar menjadi yang lebih bai lagi,’’saya berjenji’’(warga)’’baik….besok kami tunggu kau di rumah kepala suku. Akhirnya warga pun pulang kerumah masing-masing dan saya pun dipaksa oeh ayah agar oulang kerumah dan meninggalkan sekolah ini. Keesokan harinya kami kembali ke sekolah namun tidak ada ibu aisah di sana..Saat kami sedang bersih-bersih kelas ada selembar kertas di atas meja ibu Aisah yang bertuiskan.‘’Anak-anak jangan kuwatirkan ibu ya…do’akn ibu agar ibu diijinkan mengajar kalian, kalian jangan takut ibu sudah janj kalau ibu akan mengabdikan diri sampai mati nanti…Jangan kuatir ‘’Tetap Semangat’’Sudah 3 jam menunggu di kelas ibu Aisah tak kunjung datang, tapi akhirnya saya melihat seorang berjilbab datang dengan penuh senyum dan sangat bersyukur akhirnya ibu Aisah diijinkan oleh kepala suku ami untuk mengajar kami semua. Mulai saat ini kami belajar tanpa ada rasa kuwatir.Di kala hujan besar,sekoah kita ambruk namun seteleh itu kami perbaiki satu minggu kemudian saat kami sedang belajar suara helikopter mendarat di dusun kami, kami semua berlari ke arah helikopter namun di sana warga dusun sudah banyak berumpul dan kebingungan dengan mendaratnya benda aneh di dusun kami.Ternyata helikopter itu adalah panggian dari ibu guru ke pemerintah Papua agar hasil kebun yang warga tanam dapat di kirim ke kota dan menjadi uang atau bahan makanan dan kebutuhan lainnya.Warga sangat senang dengan adanya ibu guru Aisah di dusun kami berkat ibu guru di dusun kami menjadi makmur dan sejahtera.Sekarang bukan kami saja yang belajar bersama ibu guru Aisah namun seluruh warga ikut beajar bersma ibu guru dan sekolah sederhana kami pun di renovasi oleh warga agar menjadi lebih luas dan di beri nama : SD CENDRAWASIH. Sekarang sudah banyak memakai baju walau masih banyak juga yang belum,karna masih mempertahankan Adat istiadat mereka.Satu tahun berselang,. Kehidupan di disun kami sudah sangat maju jalan sudah di buat walau belum aspal tapi untuk lalu lalu lintas mobil yang membawa hasil kebun warga sudah makin lancar, sekolah kami pun makin besar makin besar, walau masih terbuat dari kayu dan bambu yang beratapkan dedauan, tapi sudah cucup mewah buat kami.Ibu pun barancana membawa tamen2 gurunya untuk mengabdi di dusun maumere, namun, hal yang pahit harus di terimanya setelah beberapa tahun perang antar suku tak terselesaikan sekarang saatnya, konflik itu tarjadi lagi kami kebingungan malam itu,Ayah-ayah kami lagi dalam medan konflik Aku, Ibu, dan Adik-adikku bersembunyi didaam rumah namun Aku merasa kuatir keselamatan Ibu guru Aisah aku takut beliau kenapa-napa malam itu malam yang mencekam. Aku tak tau bagaimana nasib temen-temenku dan semua warga dusun.Keesokan harinya, saat konflik talah reda, Aku bersyukur, karena pagi itu ayahku pulang dengan membawa panah ditangannya dengan keadaan selamat. Dan temen-temen kuternyata selamat di kabarkan 7 orang di dusun kami telah tewas dan 9 di dusun tetangga tewas kondisi dusun kami sangat porak poranda akibat konflik semalam.Semua orang berkumpul dan memperbaiki dusun yang hancur berantakan. Aku dan teman-temanku pergi untuk melihat sekolah kami…..siapa tau rusak gara-gara konflik semalam kami berencana mau memperbaikinya sesampainya di Sekolah ternyata lumanyan berantakan, saat kami memasuki kelas Aku dan temen-temanku tak menyangka dengan apa yang talah kami lihat.Ibu Guru Aisah bersujud di atas sajadahnya dengan 4 anak panah menancap di punggunya sungguh tragis nasib ibu guru Aisah maam itu ibu Aisah datang ke sekolah ingin member kejutan buat kami berupa seragam sekoah yang letakkan di laci namun ternyata ia terkepung di dalam konflik dan ia pun meninggal dunia dengan keadaan sedang bersujud pada Tuhannya aku bersama teman-temanku menangis histeris tak menyangka harus di tinggalkan pahlawan pendidikan seperti ibu Aisah, tapi kita semua sangat bersyukur, karena sosok ibu Aisah mampu merubah kami dan dusun kami. Dusun kami diganti namanya menjadi dusun ‘’AISYAH’’ jasad ibu Aisah pun dimakamkan bersama warga yang meninggal di saat membela dusun ini.Di meja ibu guru ada sebuah Al-quran dan ku buka ternyata ada sebuah kertas yang tertulis ‘’JIKA KITA SEMANGAT DAN TEKUN DALAM MENGERJAKAN SUATU HAL, HAL YANG PALING KECIL PUN AKAN MENJADI LUAR BIASA NAMUN SEMUA ITU AKAN SIA-SIA JIKA KITA TAK BERIMAN KEPADA ALAH SWT DAN MENGAMAL KAN AL-QURAN’’.Tiga tahun kemudin Dusun Aisah dijadikan kecamatan dan banyak juga guru-guru sarta Trasnmigran datang ke ini dan kecamatan kami tarus maju barkat pahlawan tanpa tanda jasa seperti ibu Aisah.Aku dan teman-teman ku bersama banyak beberapa warga yang akhirnya memutuskan untuk memeluk agama islam dan sisanya memeluk agama lain walau tidak semuanya masuk islam tapi setidaknya waga dusun kami taah memeluk agama menurut kepercayaan mereka.Ibu Aisah adaah contoh bagaimana seorang pengajar begitu mulia dan selalu berkorban untuk kecerdasan orang lain. Tapi mengapa di jaman modern ini kita terkadang tidak menghargai guru kita seorang guru yang sedang memberi ilmu tarkadang kita malah tidur dan main-main tanpa sadar kita telah merobek-robek hati guru kita padahal pengorbanannya sangat lah besar untuk kita, jadi hargailah gurumu siapapun itu,Dan… jangan pernah kecewakan beliau, karena tanpa beliau kita takkan prrnah mengerti apa-apaRenungkanlah….Penulis adalah Alumni Santri Al-hya ‘Ulumaddin dan SMP Yaa Bakii Thn.2012Sekarang Melanjutkan Studinya di SMK Gunung Kidul Kota Jogjakarta.
penulis:m.lukman a.s
KUMPULAN CERPEN TERBAIK
http://meraukecyber.blogspot.com
KUMPULAN CERPEN TERBAIK
http://meraukecyber.blogspot.com
Posting Komentar